Abul Abbas Ahmad bin Ali al-Buni dalam kitabnya Syamsul Ma’arif menjelaskan. Barangsiapa yang membaca jimat tersebut akan dipermudah rezekinya, cepat mencapai tujuan dan akan mendapatkan belas kasih dari Allah (Syamsul Ma’arif halaman 462). Bila seseorang membuat tempat untuk khalwat dengan melakukan tirakatan/riyadhah sembari membacanya sebanyak 16641 sampai empat puluh kali yakni sekitar empat puluh hari, maka malaikat bernama Qatya’il kan turun padanya. Di berkata, ‘wahai Tuhanku!Hamba-Mu memanggilku dan minta kepadaku untuk memenuhi hajatnya.” Malaikat tersebut akan turun, baik saat tengah terjaga atau tidur, sesuai kemampuan dan kesiapan jiwanya. Lalu orang tersebut diberi kasyaf yakni bisa melihat kaan matinya atau hidupnya dan mengetahui apa yang dikehendakinya bahkan diberi beberapa keisimewaan lagi. Asma’ tersebut bisa untuk kebaikan dan keburukan, sesuatuyang berbahaya atau bermanfaat. Bila dibaca oleh orang yang mengalami kesulitan maka kesulitannya akan dipermudah.” Ini adalah bentuk bacaan dan rajah asma’ Al-Lathif versi kitab sihir Al-Aufaq : rajah asma’ Al-Lathif versi Al-Buni (syamsul ma’arif) Komentar Kyai Mahrus Ali : Sungguh besar sekali kekeliruan al-Buni yang menyatakan bahwa orang yang membaca asma’ tersebut dan memperbanyaknya akan kasyaf yakni tahu kapan matinya. Tentang dimana orang akan mati atau kapan akan mati, malaikat, nabi, dan jin pun tidak mengetahui apalagi manusia biasa. Allah Ta’ala berfirman dalam suratSaba’ ayat 14 : Maka tatkala kamiTelah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Makatatkala ia Telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidakakan tetap dalam siksa yang menghinakan. Para jin yang bekerja atas perintah Nabi Sulaiman itu memang tunduk dan patuh kepada beliau. Mereka merasakansusah payah, karena selalu dijagadan diawasi oleh Nabi Sulaiman ketika bekerja. Sampai nabi Sulaiman meninggal dunia, merekatidak mengetahuinya, sehingga rayap memakan tongkatnya dan nabi sulaiman terjatuh. Setelah itubaru jin-jin sadar bahwa Nabi sulaiman telah meninggal dunia dan mereka pergi seketika itu. Masalah mati kita adalah masalah ghoib yang hanya Allah yang tahudan siapapun orangnya tidak mengetahui. Rasulullah bersabda :”Kunci ghoib ada lima tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah.Tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi besok kecuali Allah, tidak ada yang mengetahui apa yang ada dalam kandungan kecuali Allah dan tidak ada yang mengetahui kapan terjadi hujan kecuali Allah, seseorang tidak akan mengetahui dimana akan mati dan tidak mengetahui kapan terjadi kiamah kecuali Allah . (Shahih Bukhari). Mufti Abdulmajid Sulaiman berkata”Imam Qatadah berkata, lima perkara tersebut tidak diberitahukan kepada para malaikat atau para nabi ( fatawa Lajnatil Fatwa al-Azhar no.651) Dalam tulisannya al-buni juga menyatakan bahwa malaikat Qatya’il akan turun. Lalu bagaimana bila yang datang itu iblis yang mengaku Qatya’il. Perlu diingat dan tidak dilupakan bahwa malaikat tidak bisa dipanggil seenaknya apalagi dengan cara memakai jimat, puasa bid’ah dan dengan tatacara yang tidak ada tuntunan syari’at. Malaikat tidak akan turun atas perintah manusiamelainkan atas perintah Allah, sebagaimana dalam al-qur’n suratmaryam ayat 64, Allah berfirman : Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu.kepunyaan-Nya-lah apa-apa yangada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa. Kisah penampakan semacam ini sering terjadi ada yang mengaku didatangi malaikat , Lia aminudin merasa didatangi malaikat Jibril dan mendapatkan wahyu darinya.Yang terakhir Achmad Mushaddegmengaku nabi dan didatangi malaikat.. Seorang imam besar Ahlussunah (BUKAN SUFIYAH) yaitu al-Imam Abdul Qadir al-Jilani yang punya kitab mahsyur berjudul al-Ghuniyah pernah didatangi iblis yang menyaru malaikat jibril bahkan mengaku Allah. Prof. hasanu Simon dalam karyanya yang berjudul Mistri Syaikh siti jenar, menukil dalam buku Abdul Qadir Jaelani (1985:31)berbicara tentang kasus serupa. Dalam salah satu proses perjalannya dalam menuntut ilmu dan menempa akhlak Abdul Qadir didatangi oleh makhluk yang mengaku malaikat jibril. Makhluk itu mengaku menyampaikan undangan dari Allah kepada Abdul Qadir al-Jilani. Ditawarkan pula kendaraan berupa buraq untuk perjalanan beliau menuju sidratul muntaha. Bukannya gembira inggahilang kewaspadaannya, justru beliau menghardik “kamu tidak lebih dari iblis yang hendak menyelakakan saya” Secara halusiblis masih menggodanya “baiklah dengan keluasan ilmumu engkau berhasil menyelamatkan diri “. Tanpa kehilangan control hingga bangga diri Abdul Qadir al-Jilani masih berucap “enyahlah engkau. Aku bukan selamat karena ilmuku,melainkan karena rahmat dan hidayah Allah ” Iblispun ngacir sambil gigit jari. Tak patah semangat iblis menyusun scenario berikutnya. Ketika Abdul Qadir berada dalam hutan hingga kekurangan makanan dan minuman. Tiba-tiba munculah awan disusul hujan. Dengannya beliau melepas dahaga.Seketika tampak cahaya diangkasa seraya terdengar suara ,”akulah tuhanmu, mulai sekarang aku halalkan semua yang haram bagimu”. Sekali lagi bukan riang gembira mendengar ucapan tersebut, justru Abdul Qadir berta’awudz “A’udzu billahi minasy syaithaanir raajim “. Dalamkesempatan itu iblis gagal lagi. Dari kisah diatas dapat diambil ibroh bahwa iblis bisa menyerupa apapun yang dia inginkan, jika ada orang yang melakukan riyadhoh bid’ah lalu didatangi sesosok akhluk bercahaya yang mangaku malaikat maka itu tidak lain iblis yang menyamar untuk menyesatkan manusia Pengarang syamsul ma’arif tersbut juga menyatakan bahwa asma’ tersebut bisa digunakan untuk kebaikan dan keburukan,bermanfaat atau membahayakan orang. Sesungguhnya omongan yang keluar dari mulut yang tak bertulang, alias asal komentar. Tiada dalil yang menyatakan atas kebenaran pernyataan tersebut. Sungguh tidak tepat dan tidak beradap/kurang ajar bila nama Allah diputar balik kegunaannya yaitu untuk kejahatan dan membahayakan orang lain. Allah tidak akan mengabulkan permohonan jahat. Dalam suatu hadits mengatakan, “sesungguhnya Allah baik dan tidak akan menerima kecuali yangbaik (surat l-mukminun 51) dalam suatu ayat diterangkan “kepada-nyalah naik perkatan-perkatan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan” (Surat Fathir 10) (Mantan Kyai Nu membongkar praktek syirik Kyai, habib, dan Gus Ahli Bid’ah, penerbit Laa tasyuki press, hal 308)
No comments:
Post a Comment