Jakarta - Siapa tak kenal Pasar Tanah Abang? Pasar tertua di ibukota selain pasar Senen ini seolah tak henti menjadi bahan pembicaraan. Baik karena produk tekstil dan garmen yang terkenal murah maupun geliat bisnis yang sangat dinamis hingga disinyalir perputaran uang yang terjadi mencapai triliunan rupiah perharinya.
Pasar Sabtu
Tidak seperti pasar atau area perdagangan lainnya, yang biasanya ramai di kala menjelang hari Raya, seperti Idul Fitri, Natal atau Tahun Baru, Pasar Regional Tanah Abang tak pernah sepi pengunjung. Bahkan di bulan Ramadhan, para pedagang sudah membuka kiosnya sejak subuh. Padahal pasar yang dibangun oleh tuan tanah berkebangsaan Belanda, Justinus Vinck pada 31 Agustus 1735 ini awalnya hanya diijinkan beroperasi pada hari Sabtu saja oleh Pemerintah Belanda. Hingga banyak yang menyebut pasar yang khusus menjual produk tekstil, kelontong, dan sedikit sayuran ini sebagai Pasar Sabtu.
Menginjak tahun 1801 perdagangan di Pasar Tanah Abang semakin ramai sehingga Pemerintah Belanda memberikan ijin tambahan beroperasi pada hari Rabu. Pasar Tanah Abang pun dikenal sebagai pasar yang "mendunia" . Pasalnya, kala itu, transaksi yang digunakan menggunakan beragam alat tukar. Selain mata uang koin Cina (gobog), juga beredar mata uang Perancis, Turki, Hongaria, Jepang dan koban yang terbuat dari emas asli. Tak heran, bisnis jasa penukaran uang bak money changer di jaman sekarang pun bermunculan.
Beraneka Etnis Ada di Tanah Abang
Kini Tanah Abang yang berada dekat jantung ibukota dan akses yang mudah dijangkau dengan transportasi umum ini telah berkembang menjadi pusat perdagangan tekstil dan garmen modern terbesar se-Asia Tenggara. Area pasar yang meliputi Blok A, B, C, D, E, F, Pusat Grosir Metro Tanah Abang (PGMTA) dan Blok AA, BB (eks Kavling AURI), Pasar Kebon Dalam (gang samping kelenteng Hok Tek Tjen Sien) dan Pertokoan Jembatan Tinggi (Tanah Abang Bukit), ini setiap harinya dikunjungi tak kurang dari 2 juta orang. Kebanyakan adalah pedagang dari berbagai daerah di tanah air (baik dalam dan luar Pulau Jawa) hingga luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, hingga Nigeria (Afrika).
Tenant Relation Officer PT Surya Tanah Abang Jaya Hermanto mengatakan, saat ini di Pasar Tanah Abang total terdapat 20.000 kios. Sekitar 8.000 kios di Blok A, 5.000 kios di Blok B, PGMTA 1 sekitar 2.700 kios, dan PGMTA 2 tak kurang dari 1.000 kios. Belum lagi di Blok F dan pertokoan di eks Kavling AURI. Omzet harian para pedagang di pasar yang terletak di Jl. KH Mas Mansyur, Jakarta Pusat, ini pun menggiurkan, yaitu mencapai Rp50 juta seperti pengakuan Alex Tanamal, salah satu pedagang pakaian wanita di PGMTA, "Omzet kita rata-rata mencapai Rp50 juta per bulan. Pelanggan saya sampai ke luar negeri. Ada dari Malaysia, Filipina dan Afrika."
Tak heran, harga kios di Pasar Tanah Abang sangat fantastis, per meter perseginya antara Rp200 juta hingga lebih dari Rp2 miliar per meter persegi. Harga sewa-nya pun tak kalah mengejutkan, mulai dari Rp60 juta bahkan mencapai Rp1 miliar per tahun.
Uniknya, sejak jaman Belanda hingga kini, Pasar Tanah Abang telah dikenal sebagai pusat perdagangan multietnis. Pelaku bisnis di kawasan ini ada suku Minang, Batak, Jawa, Sunda, Betawi, Bugis, Makassar. Etnis Tionghoa, Arab, India serta dari berbagai daerah lain seantero nusantara. Meskipun berbeda-beda etnis, tapi nuansa yang kental terasa adalah keharmonisan antar berbagai komunitas pedagang yang ada. Solidaritas mereka begitu kuat sehingga mengalahkan iklim kompetisi yang lazim di dunia bisnis, sekalipun mereka memperdagangkan komoditas yang sama, yaitu tekstil dan garmen.
Sebut saja, para pedagang di Blok A dan PGMTA mayoritas etnis Tionghoa asal Singkawang dan Pontianak, sedangkan di Blok F kebanyakan berasal dari kota Padang dan sekitarnya. Kerukunan antar komunitas pedagang Pasar Tanah Abang itu pulalah yang menyelamatkan pasar tempat ribuan pedagang menggantungkan pencahariannya dari peristiwa kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998 lalu. Pasar Tanah Abang lolos dari maut akibat penjarahan, perusakan maupun pembakaran karena pelbagai suku dan etnis pedagang di pasar tersebut bersatu padu mempertahankan agar pasar tetap aman.
Ketenaran Pasar Tanah Abang hingga ke mancanegara tak lain karena tekstil dan garmen yang diperdagangkan disana sangat beragam, tak ketinggalan trend dan harganya dikenal murah. Mulai dari tekstil, pakaian wanita dan pria dewasa, remaja, anak-anak, sprei, matras, bedcover, selimut, tas, sepatu maupun asesoris dijual disini. Umumnya para pedagang menjual secara grosiran, namun ada juga yang bersedia melayani pembelian eceran. Tentu saja membeli dalam partai besar akan jauh lebih murah dibandingkan dengan eceran. Jika tak membutuhkan terlalu banyak, konsumen dapat membeli minimal 3 barang yang sama untuk mendapatkan harga grosir.
Magnet "Tenabang" begitu kuat menarik orang untuk mencari peruntungan dengan berdagang di pasar tersebut. Zulfendri salah satunya. Pria asal Nagari Paninggahan, Kabupaten Sumatera Barat ini merantau sejak tahun 1996. Niatnya untuk manggeleh (berdagang dalam bahasa Minang) di Tanah Abang mengikuti jejak kakaknya. Kini di usia 29 tahun, Zulfendri telah memiliki toko Soundtrax yang menjual kaos khusus pria di PGMTA dengan omzet miliaran rupiah. Pelanggannya pun berdatangan dari Jabodetabek, Kalimantan, Sulawesi hingga Filipina.
Lain lagi dengan Rut Coleen, pemilik toko fashion tekstil Perkasa Jaya Makmur di Blok B ini adalah generasi ketiga pedagang di Pasar Tanah Abang. "Sejak kecil saya sering diajak kakek jaga kiosnya di Tanah Abang. Papa saya juga mengikuti jejak kakek. Jadi saya sudah sangat familiar dengan Tanah Abang."
Tak jarang pedagang Pasar Tanah Abang sebelumnya telah memiliki kios di pusat perdagangan lainnya. Susanto, pemilik toko dan brand perlengkapan tidur Carlotta di Blok B telah membuka toko yang sama di ITC Mangga Dua. "Saya memilih membuka kios lagi di Tanah Abang karena disini tidak pernah sepi," ujar Susanto yang mengantongi omzet Rp2 miliar sebulan itu.
Pesona Tanah Abang pun menarik minat Hoo Suyandhana, pemilik toko fashion Lestari Indah di Pasar Atom Tahap III Surabaya untuk berekspansi ke ibukota dengan membuka cabang tokonya di Pasar Tanah Abang. Padahal Hoo sudah memiliki pangsa pasar yang bagus di wilayah jawa Timur dan Madura.
Peran Perbankan
Untuk kemudahan transaksi keuangan dan mengelola perputaran dana yang mencapai triliunan, tak kurang dari 38 bank beroperasi di wilayah ini, salah satunya PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang selalu siap memberikan solusi untuk bagi para pedagang guna memaksimalkan usaha mereka di Pasar Tanah Abang.
Seperti dikemukakan Atja Mihardja Sadeli, Kepala Kantor Cabang Utama BCA Wahid Hasyim, "Banyak hal yang bisa dilakukan perbankan dalam membantu mengembangkan usaha usaha pedagang. Antara lain memberikan tambahan modal kerja serta layanan perbankan lainnya. BCA telah memiliki ribuan nasabah baik aktif maupun pasif di Pasar Tanah Abang. Untuk melayani kebutuhan nasabah tersebut, BCA KCU Wahid Hasyim telah memiliki 6 kantor cabang pembantu dan 11 kantor kas belum termasuk ATM BCA yang juga dioperasikan untuk melayani kebutuhan pengunjung Pasar Tanah Abang ".
Khusus bagi pelaku bisnis, BCA menawarkan kartu BCA Smartcash, sebuah kartu yang berfungsi sebagai penyedia dana pinjaman tanpa agunan untuk berbagai keperluan transaksi bisnis. Fungsinya seperti dana talangan.
Sedangkan untuk kemudahan transaksi di kios nasabah, BCA menyediakan mesin EDC (Electronic Data Capture). Suliono merchant EDC BCA, generasi kedua pemilik Toko Soember Baru yang menjual kulit untuk bahan tas mengaku EDC sangat membantu sebagai alternatif pembayaran. "Pelanggan saya banyak dari luar Jawa dan sering membayar dalam jumlah besar. Tentunya lebih aman dan nyaman bertransaksi dengan Debit maupun Kredit melalui EDC BCA," jelasnya.
Sent from BlackBerry® on 3