Monday, March 26, 2012

Demonstrasi Memiliki Sosial Cost yang Sangat Besar

Sejumlah petugas mengamankan seorang pendemo yang berusaha menghadang kendaraan petugasyang membubarkan aksi unjuk rasa memblokir Bandara Polonia Medan, Senin (26/3).Bandara Polonia sempat lumpuh akibat aksi demo tolak kenaikan bbm ribuan massa dari berbagai elemen mahasiswa dan buruh memblokir Bandara Polonia. Medan, (Analisa). Psikolog Dra IrnaMinauli MSi menilai, demonstrasi memiliki sosial cost yang sangat besar. Soalnya, masyarakat akan khawatir kehilangan rasa aman. Memang, secara psikologis setiap perubahan akan menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran. Soalnya, orang akan mulai waspada dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Sebenarnya, masyarakat menjadi merasa tidak aman dan nyaman untuk melakukan sesuatu. Anak anak terpaksa diliburkan dan pabrik-pabrik dihentikan produksi.Aktivitas menjadi terganggu karena tidak adanya angkutan. "Belum lagi kekhawatiran terhadap kemungkinan terjadinyaanarkisme. Rasa aman inilah sebenarnya yang sangat mahal. Mungkin kalau ditanyakan kepadasebagian masyarakat, mereka akan memililih memiliki rasa aman, meski kemungkinan akan terjadi kenaikan harga BBM," kata Irna Minauli, Senin (26/3). Dia menilai, kenaikan BBM memangakan menyulitkan bagi setiap orang karena berarti masyarakatharus mengetatkan pengeluarannya. Banyak penyesuaian yang harus dilakukan, akan tetapi manusia juga makhluk yang adaftif sehingga umumnya akan mampu bertahan dalam berbagai situasi . Dengan adanya demonstrasi dikhawatirkan dampak psikologisnya akan jauh lebih besar. Orang menjadi ketakutan untuk bepergian, sementara aktivitas sosial harus terus dilakukan. Untuk itu, katanya, perlu komunikasi yang baik, kenapa harus dinaikkan (BBM-red) dan upaya upaya untuk menekan terjadinya kenaikan-kenaikan harga bahan lainnya. Selain itu, pemerintah harus memperlihatkanusaha yang sungguh sungguh terhadap pemberantasan korupsi yang menjadi sumber kesengsaraan rakyat. Selama ini, katanya, kepercayaan masyarakat sudah sangat menurun, sehingga mereka menjadi marah, karena begitu banyak orang yang sulit mendapatkan uang, sementara beberapa orang dengan mudah mendapatkan uang melalui korupsi. Ketidakadilan inilah yang mengganggu. Kebutuhan Menurutnya, berdasarkan teori Maslow, tahap paling rendah dalam diri manusia adalah kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan akan sandang, pangandan papan. Baru kemudian beralihke kebutuhan rasa aman. Sebagian masyarakat, lanjutnya, mungkin sudah terpenuhi kebutuhan fisiologisnya sehingga bagi kalangan kelas menengah atas mereka lebih mencari rasa aman. "Inilah yang dikhawatirkan,"katanya. Aktivitas massal, tambahnya, akan dapat dengan mudah diprovokasi sehingga mengarah pada anarkisme. Mereka mungkin sudah dipengaruhi sedemikian rupa sehingga merasa mendapatkan pembenaran atas perilakunya, bahkan menganggap dirinya sebagai pahlawan. Akibatnya, ketika melihat orang lain yang sepertinya tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan, akan dengan sangat mudah menyulut kemarahan. Hal ini terlihat dengan pemaksaan yang dilakukan terhadap rekan rekan buruh yang tidak mau turun mengikuti aksi. Mereka akan dianggap sebagai orang yang tidak setia kawan. Demikian juga terhadap para pengguna jalan atau pengendara yang dapat saja dianggap sebagaiorang yang tidak peduli dengan apa yang mereka perjuangkan. Inilah yang akan menimbulkan anarkisme. Kemudian, lanjutnya, dalam situasiudara yang sangat panas belakangan ini, juga akan sangat mudah menyulut kemarahan. Dalam aktivitas demo, orang akankehilangan kepribadiannya karenamelebur dalam massa tersebut. Itu sebabnya, dengan provokasi dan sedikit faktor pemicu maka kegiatannya dapat mengarah kepada hal-hal yang tidak diinginkan. Tarik Menarik Menurutnya, secara psikologis kalau demo ini berhasil membuat pemerintah mengurungkan kenaikan BBM, maka hal ini dapat menjadi preseden yang buruk, karena masyarakat akhirnya belajar untuk mencapai sesuatu keinginan dengan berdemonstrasi. Tapi, lanjutnya, kalau pun tetap dinaikkan, dikhawatirkan kegiatanaksi akan terus berlanjut. Di sini terjadi tarik menarik di antara dua kekuatan. "Seharusnya sebelum terjadi demonstrasi, sudah dilakukan lobi-lobi yang dapat meredam terjadinya demonstrasi atau tindakan anarkisme lain," ucapnya. Menyikapi aksi massa, menurutnya, aparat harus benar-benar memiliki mental yang kuat. Kesabaran dan ketabahan aparatdiuji. Mereka jangan sampai terprovokasi atas semua tindakan para demonstran. Karena jika mereka terganggu emosinya, maka hal ini dapat memicu anarki yang lebih besar. Seolah menjadi pemicu dan pembenaran atas tindakan anarkipara demonstran. Lebih baik, katanya, para aparat harus diganti secara berkala sehingga mereka dapat memulihkan stamina dan tetap menjaga kondisi emosi. Selain itu, tambah Irna Minauli, pemberitaan yang terus menerus sebenarnya juga membawa dampak yang kurang baik. Memang di satu sisi tugas media sebagai penyeimbang dan pemberiinformasi serta dapat menekan pemerintah, namun efek ikutannya adalah meningkatnya kecemasan dan ketakutan pada masyarakat yang mungkin dapat mengarah pada panic buyer. Di sisi lain, ada kepuasan dari para demonstran bahwa perilaku mereka mendapat penguatan, mendapat hadiah dengan besarnya perhatian (media-red) yang diberikan. "Panic buyer adalah perilaku paniksehingga masyarakat berbondongbondong memborong makanan atau barang barang yang ada. Akibatnya, ada lonjakan permintaan yang mungkin dapat meningkatkan harga karena stok barang yang menipis," ucapnya. Masyarakat diimbau tetap tenangdan tidak sampai panic buyer. Soalnya, ketika panic buyer, seringkali masyarakat menjadi tidak rasional sehingga mereka membeli barang-barang yang mungkin tidak mereka perlukan. SUMBER: ANALISADAILY.COM

No comments:

Post a Comment