Friday, August 13, 2010

Bagaimana Keterhubungan di Media Sosial Mendorong Orang untuk Berbuat Kebaikan?

Link berita yang di-twit oleh Pemimpin Redaksi Detikcom @budionodarsono Rabu (11/8/2010) sekitar pukul 23.00 WIB itu menggelisahkan banyak orang. Alissa Wahid yang baru saja selesai mengeloni anaknya langsung bangun dan sibuk dengan BB-nya untuk menghimpun informasi lebih jauh. Dengan setengah histeris dia nge-twit:
@alissawahid : @budionodarsono ya ampuun.. Wartawan detiknya sopo pak, mungkin aku bs kontak lgs

Berita itu berjudul “Terlilit Utang Rp 20 Ribu, Ibu Ajak Dua Anaknya Bakar Diri“: Diduga stres karena tekanan ekonomi, Khoir Umi Latifah (25) warga Buyengan, Klaten, nekat mengajak dua anaknya yang masih balita bakar diri. Umi yang bekerja sebagai penjaga rumah kos di Sleman tewas, sedangkan kedua anaknya, Lindu Aji (4) dan Dwi (2,5) dirawat di Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta karena luka bakar serius.

Tapi, @budionodarsono menyarankan agar psikolog yang juga dikenal sebagai putri tertua mantan Presiden Abdurahman Wahid itu untuk mengontak langsung pihak rumah sakit.

Dalam hitungan menit, dia nge-twit lagi:
@alissawahid: @budionodarsono @danrem aku sdh kontak teman2 dokter di sardjito. Semoga bisa lbh cepat ditangani. @Danrem, yang juga di-mention dalam twit itu adalah seorang petinggi di koran The Jakarta Post.

Memang, @alissawahid tidak sendirian. Banyak orang yang saat itu sedang online di Twitter tercekat oleh link berita yang di-twit @budionodarsono tersebut. Selain @danrem , Pemimpin Redaksi Anteve Uni Z Lubis (twitter: @unilubis) dan seorang praktisi periklanan bernama Pungkas Riandika (twitter: @pungkas) juga langsung bergerak cepat. Dari twit-nya terbaca, @unilubis telah menelepon pihak rumah sakit dan meminta agar memberikan pelayanan yang terbaik. Sementara @pungkas yang berdomilisi di Yogyakarta langsung meluncur menuju ke rumah sakit.

Tanpa bertemu, orang-orang itu telah digerakkan oleh satu peristiwa yang sama yang mengundang simpati, keprihatinan dan kepedulian bersama. Dengan kesigapan masing-masing, mereka bergerak dengan inisiatif dan caranya sendiri-sendiri. Dan, dengan cara saling mention, mereka terus meng-update dan bertukar informasi mengenai perkembangan di lokasi sambil membuat kesepakatan-kesepakatan.

@unilubis: @danrem: 2 anak yg kritis luka bakar itu mnrut dr Heru TIDAK punya Jamkesmas. Status pasien umum dan BUTUH bantuan biaya utk perawatan

@unilubis : @danrem: sy bilang dr Heru, tlg kasi treatment terbaik, smtr kita lakukan sesuatu utk bantu. Cc: @pungkas @budionodarsono

@danrem : Tweeps. Mbak @unilubis @nataliatanyadji @pungkas dan saya akan menggalang dana bagi perawatan Lindu dan keluarganya. Kami undang anda utk ikut

@danrem : Tweeps yg tergerak membantu mohon transfer ke Pungkas Riandika, Mandiri, rek 1420004026869 dan cc.kan @nataliatanyadji utk pelaporan

Seiring dengan itu, dari lokasi kejadian @pungkas terus meng-update perkembangan yang terjadi: dari Lindu yang kritis hingga akhirnya meninggal dunia pada pukul 00.57.05 WIB menyusul sang ibu yang tewas seketika sebelumnya, dan adiknya, Dwi yang menghembuskan nafas terakhirnya pada 21.10 WIB

@alissawahid : Stafku meluncur ke Sardjito skr. Aku sdh kontak Pungkas RT @danrem: RT @pungkas: Tolong, ada yg bantu, fokuskan dana ke biaya RS dan pemakaman #lindu

@pungkas: “Bojoku ra ono, anakku loro yo wes ra ono”, Slamet Yahya menelpon keluarga. #lindu

@pungkas: Staff @AlissaWahid menuju RS Sardjito utk bantuan awal. Saya stay disini dulu. #lindu

@unilubis: Met malam Pak Menko @hattarajasa, Malam ini seorang ibu dan 2 anak balita meninggal luka bakar, bunuh diri, diduga krn utang Rp 20.000

@unilubis: Selamat malam Pak Wapres @boediono. Malam ini seorang ibu dan 2 anak balita meninggal luka bakar, bunuh diri, diduga krn utang Rp 20.000

Meskipun Lindu akhirnya tak tertolong, namun tak ada yang sia-sia dari apa yang telah digerakkan oleh @danrem, @alissawahid , @unilubis, @pungkas dan kawan-kawan lainnya melalui keterhubungan mereka di Twitter.

Alissa Wahid menyebutnya sebagai “great lessons of taking care of each other“.
Dengan sedih @pungkas melaporkan:

@pungkas : Albumin, life support medicine pra-bedah, harganya Rp1.270.000, ada di Apotik RS akhirnya terbeli.Tiba ICU, #Lindu melemah

@pungkas : Tiba di unit luka bakar, #Lindu kritis, tim dokter melakukan pacu jantung. Malam itu, obat terbaik tidak pernah dibuka dari bungkusnya.

@pungkas: If I just run faster.

Tapi, semua tahu, @pungkas telah melakukan sesuatu yang luar biasa. Dia masih harus bernegosiasi dengan pihak rumah sakit untuk meminta keringanan biaya perawatan dan waktu pelunasannya. Kamis (12/8/2010) sekitar pukul 12.00 WIB dia melaporkan bahwa negosiasi berhasil dan pelunasan bisa dilakukan siang ini, setelah dana yang terkumpul direkap.

@pungkas : Donasi terkumpul baik, @nataliatanyadji sedang merapikan rekap. Konfirmasi kawan2 melalui japri jg sudah diberi feedback.

@pungkas : Kamar, penanganan dini, ambulance, pemakaman, dan bbrp expenses sedang kita rekap. Siang ini settlement.

Sebelumnya, @pungkas juga menghadiri pemakaman yang dilaksanakan dini hari itu juga, dan sahur dengan warga desa setempat.

Dan, inilah laporan terbaru darinya siang tadi:
@pungkas : Mengantar dana bantuan #Umi #Lindu #Dwi utk pelunasan perawatan.

@pungkas : Biaya perawatan #Lindu #Dwi sukses ter-cover oleh kita semua.

Mewakili yang lain, @danrem mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut menyebarluaskan informasi dan tentu saja kepada yang telah menyumbang, serata menegaskan akan melaporkan penggunaan dana yang telah terkumpul.

Rekonstruksi di atas seolah merupakan perwujudan konkret dari apa yang pernah ditegaskan oleh Nicholas A. Christakis & James H. Flower dalam bukunya yang berjudul “Connected”: Walau manusia amat hebat secara individu, kita harus bertindak bersama untuk mencapai apa yang tak bisa kita lakukan sendiri. Dan, Anda tidak harus menjadi orang terkenal untuk menjadi bagian dari itu. Yang perlu Anda lakukan adalah berhubungan.

SUMBER : VIRTUAL BLOG

No comments:

Post a Comment