Monday, October 11, 2010

Di Taiwan Indomie Dirazia, di Dalam Negeri Tambah Disuka

Indomie tiba-tiba menjadi buah bibir lantaran peredarannya ditarik di Taiwan karena dianggap mengandung zat berbahaya. Berbeda dengan di Taiwan, justru penarikan Indomie menuai simpati.

Seperti diketahui, produk mie instan Indomie ditarik dari sejumlah supermarket di Taiwan karena mengandung zat pengawet methyl p-hydroxybenzoate yang dilarang di Taiwan. Tapi apa benar zat tersebut dilarang?

Menurut Bimo A Tejo, Ph.D, dari Department of Chemistry Faculty of Science Universiti Putra Malaysia, Asam benzoat (E210) dan methylparaben (E218) dikenal sebagai bahah pengawet oleh Taiwan sebenarnya dinyatakan aman.

"Asam benzoat (E210) adalah pengawet makanan yang legal di Taiwan," kata Bimo dalam rilis yang diterima detikcom, Senin (11/10/2010) kemarin.

Sedangkan methylparaben (E218) juga legal dipakai sebagai bahan makanan di Taiwan. Hal ini dikuatkan dalam sidang FAO (Organisasi Pangan PBB) di Beijing pada 15-19 Maret 2010 yang menyebut methylparaben layak untuk dikonsimsi. Sehingga, patut dipertanyakan langkah Taiwan yang tiba-tiba menarik Indomie dari peredaran.

Menanggapi penarikan ini, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) memastikan produk buatan Indonesia itu aman dikonsumsi. "Kita jamin (Indomie) aman. Tidak apa-apa," kata Kepala BPOM, Kustantinah, kepada detikcom.

BPOM, menurut Kustantinah, mempunyai aturan yang mengatur bahan tambahan makanan yang diperbolehkan ada di dalam pangan dengan batas maksimum penggunaannya. Penarikan Indomie di Taiwan merupakan kebijakan negara setempat.

Sementara Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Fransiscus Welirang menulai penarikan ini sebagai masalah persaingan dagang. Kasus ini diakuinya sebagai kasus lama.

"Kelihatannya ini persaingan dagang dan ini kasus lama," ujar Fransiskus Welirang kepada detikcom kemarin.

Di dalam negeri, respons terhadap penarikan Indomie cukup beragam. Namun sebagian besar menyayangkan penarikan Indomie.

Hal ini setidaknya terlihat di situs jejaring sosial Twitter. Sejak berita soal penarikan Indomie digulirkan, banyak dukungan terhadap eksistensi mie buatan dalam negeri ini.

"Met pagi jekk.. Pagi ini pada sarapan apa? Kalau gw tetep, indomie goreng sate pake telor ceplok dan bwg goreng gurih," demikian tulis harisprahara dalam akun Twitternya, Selasa (12/10/2010) pagi.

Senada dengan harisprahara, pemilik akun Twitter bernama rico_sw mengaku tak habis pikir kenapa Taiwan menarik produk INdomie.

"Aneh,,indomie udh 15taun d ekspor k taiwan koq baru protes skrg taiwannya.. Mw menjatuhkan indo ap ad perang dagang nih!? Ckckck," ujarnya.

Apakah razia ini terkait dengan naiknya popularitas Indomie akhir-akhir ini yang terjadi seiring dengan meredupnya popularitas produsen mie terbesar di Taiwan di bawah bendera Uni-President? Kita tunggu saja perkembangannya.

SUMBER : DETIK.COM

Menara Masjid Akan Dijadikan BTS

Wali Kota Bogor, Diani Budiarto menyatakan menolak program yang akan digulirkan Dewan Masjid Indonesia Pusat yakni menjadikan menara masjid sebagai menara transceiver station atau menara telekomunikasi.

Menurut Diani, program pemberdayaan umat dengan menjadikan menara masjid sebagai BTS tidaklah tepat, karena masjid adalah tempat ibadah bukan tempat untuk berbisnis.

"Jangan masjid dibebani dengan hal-hal yang signifikan. Mainstreamnya saat ini bagaimana kita mengajak masyarakat untuk ramai-ramai mendatangi masjid untuk beribadah. Kalau mau berbisnis jangan di masjid," kata Wali Kota saat ditemui usai pelepasan calon jemaah haji, Senin (11/10/2010).

Wali Kota menegaskan, masjid adalah tempat mengurus ibadah, kalau ada penambahan program pengembangan masjid hendaknya bukan dengan menjadikan menara sebagai BTS, tapi dengan membentuk ekonomi syariah.

"Saat ini kita sedang melakukan maratul masjid, bagaimana mengajak umat untuk meramaikan masjid. Jika dijadikan tempat bisnis tidak sesuai dengan norma. Kalau masjid sudah penuh dengan jemaah baru kita berbicara bisnis lain," tandas wali kota.

Wali Kota menyebutkan, program menjadikan menara masjid sebagai BTS sebagai salah satu bisnis.

Penolakan telah dilakukan jauh-jauh hari saat DMI mengajukan program tersebut di Kota Bogor, beberapa penawaran pengajuan izin dari perusahaan telekomunikasi juga sudah ditolak Pemkot Bogor.

"Yang terpenting mesjid adalah tempat ibadah, tugas DMI masih banyak tidak hanya mengurus bisnis. Bagaimana mengajak masyarakat memakmurkan masjid, umat mau beribadah itu yang harus dilakukan," ujar Diani.

Program pengembangan menara masjid sebagai BTS merupakan program DMI Pusat, secara otonomi Wali Kota Bogor menolak program tersebut karena dinilai tidak efektif untuk memakmurkan masjid.

Menurut wali kota, keuntungan yang akan diperoleh dari mengubah menara mesjid sebagai BTS tidak sebanding dengan mengubah masjid sebagai lahan bisnis, karena memakmurkan masjid bukan dengan cara bisnis. Ia pun dengan tegas siap membangun sejumlah menara di masjid yang belum memiliki menara tanpa dijadikan sebagai BTS.

"Berapa dana membangun menara masjid, saya bantu," ucapnya.

Program pengembangan menara masjid sebagai menara BTS yang digulirkan DMI Pusat betujuan sebagai pintu masuk dalam meningkatkan fungsi masjid untuk pemberdayaan ekonomi umat.

Pengelolaan menara masjid untuk tower BTS tersebut akan menganut sistem bagi hasil yang dikelola secara langsung oleh takmir masjid setempat.

Pendapatan yang diperoleh takmir masjid dengan menyewakan lahannya kepada provider telepon selular dan dananya akan diputar oleh takmir masjid yang bersangkutan untuk pendirian BPR Syariah.

Setiap bulan, DKM-DKM Masjid akan memperoleh bagi hasil sekitar Rp 4 juta. Marbot masjid atau orang yang setiap hari mengurus masjid juga akan dilibatkan dalam mengurus BTS.

Pembangunan menara BTS melalui menara masjid sudah dilakukan di 10 masjid yang ada di Indonesia, antara lain di Bandung, Jakarta, Depok, Jogjakarta, dan di Jawa Timur.

Rencananya, pencanangan menara masjid berfungsi sebagai BTS akan dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhyono.

SUMBER : KOMPAS

Tanpa Digunting, Film Tera Patrick Lolos LSF

Meski menampilkan beberapa potongan adegan 'panas', film Rintihan Kuntilanak Perawan, yang diperkuat bintang film porno asal Amerika Tera Patrick dinyatakan telah lolos sensor oleh Lembaga Sensor Film (LSF).

Hal tersebut juga dibenarkan produser K2K Production KK Dheeraj dalam jumpa pers film tersebut di Setiabudi Building, Jakarta Selatan, Senin (11/10/2010).

"Adegan enggak ada yang dipotong. Sudah lolos LSF," tegasnya.

Dheeraj sadar, jika film yang bakal dirilis 14 Oktober 2010 ini merupakan film dewasa. "Ini film dewasa tapi enggak ada yang dipotong. Biasa-biasa saja kok," kilahnya.

Karenanya, Dheraj mengaku lega film yang juga dibintangi Angel Lelga dan Catherine Wilson itu bisa ditayangkan secara utuh tanpa sensor. "Tidak ada sensor, jadi total semua (durasi) 90 menit," jelasnya lagi.

SUMBER : KOMPAS