Wednesday, August 04, 2010

Telkom Sudah Habiskan US$ 50 Juta untuk Palapa Ring

PT Telkom telah menggelontorkan dana sekitar US$ 50 juta untuk membangun infrastruktur Palapa Ring di Mataram dan Kupang. Dana yang keluar ini berarti sudah setengah dari total investasi proyek Palapa Ring yang digawangi Telkom di Indonesia Timur yang senilai US$ 90 juta.

Hal tersebut diungkapkan oleh Sudiro Asno, Dirut Keuangan Telkom, saat ditanya berapa dana yang dihabiskan untuk membangun infrastruktur tersebut . "US$ 50 juta, itu kisarannya," ujar Sudiro, di sela ajang Bali Telkom International Confrence (Batic) 2010 di Nusa Dua Bali, Rabu (4/8/2010).

Dibanding dua pemenang tender Palapa Ring lainnya -- Indosat dan Bakrie Telecom -- Telkom memang menjadi operator yang memiliki dana pengembangan infrastruktur Palapa Ring paling besar. Dari total anggaran senilai US$ 150 juta, sebesar US$ 90 juta di antaranya disiapkan oleh operator pelat merah itu.

"Proyek ini (Palapa Ring Mataram-Kupang, red.) diperkirakan selesai 400 hari sejak kick-off yang dilakukan oleh Presiden SBY awal Mei lalu. Diharapkan di akhir 2011, proyek ini bisa selesai dan bisa dinikmati masyarakat Mataram dan Kupang," kata Sudiro.

Ia menambahkan, sebelum pembangunan di jalur Mataram-Kupang selesai, Telkom pun bakal melakukan persiapan untuk merambah Papua dan balik lagi ke Manado.

Sebagai informasi, serat optik bawah laut sepanjang 1.041 kilometer kini telah dibangun Telkom melalui proyek Mataram Kupang Cable System. Proyek ini akan memiliki enam landing point di Mataram, Sumbawa Besar, Raba, Waingapu dan Kupang.

Selain itu, Telkom juga akan membangun jaringan inland cable sepanjang 810 kilometer dengan jumlah 15 node di kota Mataram, Pringgabaya, Newmont, Taliwang,
Sumbawa Besar, Ampang, Dompu, Raba, Labuhan Bajo, Ruteng, Bajawa, Ende, Maumere, Waingapu, dan Kupang.

SUMBER : DETIKINET

Candi Bawah Laut di Pemuteran Ditenggelamkan Tahun 2005

Taman Pura, bangunan mirip candi yang berada bawah laut, Pemuteran, Bali sungguh menakjubkan. Mungkin belum banyak yang tahu, bangunan yang menjadi bagian proyek The Karang Lestari Project itu merupakan bekas candi bentar yang sengaja ditenggelamkan.

Proyek itu dimulai sejak tahun 2000 oleh para para pecinta lingkungan yang terdiri dari warga lokal dan ekspatriat, dengan donasi swadaya dan bantuan USAID. Mereka prihatin pada kondisi koral yang hancur akibat bahan peledak yang digunakan pencari ikan.

Bekas bangunan candi bentar yang salah satunya berupa gapura itu ditenggelamkan pada tahun 2005. Demikian dilansir balikamilagi.wordpress.com.

Selain menenggelamkan benda-benda bekas candi, mereka menggunakan teknologi bernama biorock untuk 'membangun' terumbu karang. Informasi yang dihimpun dari www.globalcoral.org, teknologi itu menggunakan aliran listrik aliran rendah.

"Kerangka yang dibuat dari besi yang ditempatkan di bawah laut kemudian dialiri listrik yang akan membantu pertumbuhan batu kapur," tulisnya.

Proyek itu rupanya berhasil. Menurut situs divingathletic.com, pada 1997 saat penyelam mengintip perairan itu, hanya koral sekarat yang bertebaran. Tapi saat mereka kembali lagi pada 2007, mereka terpengaruh. Dia menemukan, hanya dalam waktu satu tahun penanaman, struktur-struktur kerangka besi itu telah berubah menjadi karang yang menakjubkan. Ikan-ikan pun mulai tinggal di bangunan buatan itu.

Bangunan candi yang dulu hanya batu-batu biasa kini menjadi pemandangan yang sangat indah. Patung-patung, gapura, dan tembok juga telah berubah dramatis.

Bangunan yang dulunya hanya berwarna hitam batu kini telah berubah menjadi berwarna-warni, kuning, hijau, dan oranye. Para penyelam sangat surprise dengan perubahan itu.

Foto-foto indah candi di bawah laut muncul di situs mikroblogging Twitter dan menjadi perbincangan para tweeps. Sejumlah foto adalah jepretan fotografer bawah laut asal Inggris, Paul M Turley. Namun Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata belum mengetahuinya.

Pihak Kemenbudpar malah akan mengecek keaslian foto itu melalui pakar telematika. Namun kini misteri telah terpecahkan. Candi di bawah laut ternyata memang ada meski memang bukan peninggalan purbakala.

SUMBER : DETIK